kumpulan puisi Chairil Anwar
Kumpulan
Puisi Chairil Anwar
Gambar :
spoilaaa.files.wordpress.com
SAJAK
PUTIH
Bersandar
pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi
menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup
dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…
Puisi
chairil anwar: 1944
CINTAKU
JAUH DI PULAU
Cintaku
jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu
melancar, bulan memancar
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya
Di air
yang tenang, di angin mendayu
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
Amboi!
Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku
jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
TAK
SEPADAN
Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros
Dikutuk-sumpahi
Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka
Jadi baik
juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka
Puisi
chairil anwar: Februari 1943
HAMPA
kepada
sri
Sepi di luar.
Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala
menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Sepi.
Tambah
ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Memberat-mencekung punda
Sampai
binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.
YANG
TERAMPAS DAN YANG PUTUS
Kelam dan
angin lalu mempesiang diriku,
Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
Malam
tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
Aku
berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang dan aku bisa lagi lepaskan
kisah baru padamu;
Tapi kini
hanya tangan yang bergerak lantang
Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku.
Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku.
RUMAHKU
Rumahku
dari unggun-timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala nampak
Kaca jernih dari luar segala nampak
Kulari
dari gedong lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan
Aku tersesat tak dapat jalan
Kemah
kudirikan ketika senjakala
Di pagi terbang entah ke mana
Di pagi terbang entah ke mana
Rumahku
dari unggun-timbun sajak
Di sini aku berbini dan beranak
Di sini aku berbini dan beranak
Rasanya
lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagih yang satu
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagih yang satu
Puisi
chairil anwar: 27 april 1943
DOA
kepada
pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar
susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu
panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku
hilang bentuk
remuk
remuk
Tuhanku
aku
mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
PERSETUJUAN
DENGAN BUNG KARNO
Ayo !
Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung
Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
AKU
Kalau
sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu
sedu sedan itu
Aku ini
binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Dari kumpulannya terbuang
Biar
peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan
bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan akan
akan lebih tidak perduli
Aku mau
hidup seribu tahun lagi
PRAJURIT
JAGA MALAM
Waktu
jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya
kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka
pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam
yang berwangi mimpi, terlucut debu
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!

Komentar
Posting Komentar