Pengertian Puisi,Ragam Puisi,Puisi Baru,Puisi lama
·
Tarigan, Dapat
dikatakan bahwa puisi adalah pengucapan dengan perasaan, berbeda dengan prosa
yang diungkapkan melalui pengucapan dengan pikiran.
·
Popo Iskandar, puisi adalah
pernyataan dari keadaan atau kualitas kehidupan Manusia.
·
H. B. Jassin, Puisi adalah pengucapan dengan
perasaan yang mengandung lagi syarat-syarat keindahan bahasa.
·
Taufik Ismail, Puisi adalah sebagai alat pengungkap Pikiran
Perasaan atau sebagai alat ekspresi.
·
Teeuw, Puisi adalah karya seni yang selalu terjadi keteganggan antara konveksi
dan pembaharuan Informasi
Ragam Puisi
Berdasarkan Bentuk
Puisi Lama
1. Mantra adalah ucapan-ucapan (kata-kata)
yang mengandung hikmat, dan memiliki kekuatan gaib.
2. Bidal
atau peribahasa, yang
meliputi :
a. Pepatah : Kiasan yang dinyatakan
dengan kalimat.
b. Ungkapan : kiasan yang dinyatakan
dengan sepatah kata
c. Perumpamaan : mengungkapkan
keadaan/kelakuan seseorang dengan mengambil perbandingan alam sekitarnya.
d. Tamsil/Ibarat : Perumpamaan yang
diiringi dengan penjelasan
e. Pemeo : kata-kata/slogan yang
menjadi popular karena sering diucapkan kembali, berisi dorongan semangat atau
ejekan.
3. Pantun adalah puisi yang bercirikan
bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2
baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi.
c. Talibun
: terdiri dari 6, 8 atau 10 baris.
d. Pantun kilat (Karmina) : terdiri dari 2 baris (baris pertama sampiran, baris kedua isi). Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab (dari kata syu’ur=perasaan) yang berciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita. Menurut isinya, syair dibedakan menjadi : Syair dongeng, syair sindiran, syair hikayat, syair cerita kejadian, dan syair agama/budi pekerti.
d. Pantun kilat (Karmina) : terdiri dari 2 baris (baris pertama sampiran, baris kedua isi). Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab (dari kata syu’ur=perasaan) yang berciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita. Menurut isinya, syair dibedakan menjadi : Syair dongeng, syair sindiran, syair hikayat, syair cerita kejadian, dan syair agama/budi pekerti.
4. Gurindam : puisi yang berisi nasehat,
yang tiap bait 2 baris, bersajak a-a. Baris pertama merupakan syarat, baris
kedua berisi akibat.
Puisi Baru
1. Distison,
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
Contoh: Di pasar baru mereka
lalu mengada-menggaya
Meningkat sudah kesal
tak tahu apa dibuat
(Chairil Anwar)
2. Tersina, adalah puisi yang tiap baitnya
terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh: Dalam ribaan pagi bahagia
datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bahagia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mengwarna bagaikan sari
(Sanusi Pane)
3. Kuatrain, adalah puisi yang tiap baitnya
terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
Contoh: Aku menimbang-nimbang mungkin
Kita berdua menjadi satu
Gaji dihitung-hitung
Cukup tidak untuk berdua
Hati ingin sempurna denngan engkau
Sama derita sama gembira
Kepala pusing-pusing menimbang-nimbang
Menghitung-hitung uang bagi kita
(Armyn Pane)
4. Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya
terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Contoh: Satu-satu perasaan
Yang saya rasakan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
(Or Mandank)
5. Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya
terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Contoh: Di kelam hitam mengepung
Menjerit peluit kereta malam
Merintih ke langit
Derita hidup mengepung
Menjerit bangsaku sedang berjuang
Merintih ke langit
(Nursyamsu)
6. Septime, adalah puisi yang tiap baitnya
terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Contoh: Duduk di pantai tanah yang
permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulaudi lautan hijau
Gunung-gemunung bagus rupanya
Dilimpahi air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya.
(Muh. Yamin)
7. Stanza/Oktava, adalah
puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi
delapan seuntai).
Contoh:
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa sendiri
Bertambah halus, akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupaan teduh tenang.
(Sanusi Pane)
8. Soneta, adalah puisi yang terdiri atas
empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing
empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari
kata sonneto (Itali) perubahan dari kata sono yang berarti suara.
Jadi dapat dikatakan bahwa soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia
soneta masuk dari neferi Belanda diperkenalkan oleh Muh. Yamin dan Roestam
Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak
Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada
syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan
dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya
(empat belas baris).
Contoh:
Gita Gembala
Lemah gemulai lembut derana
Bertiuplah angin sepantun ribut
Menuju gunung arah ke sana
Membawa awan bercampur kabut
Dahan bergoyang sambut menyambut
Menjatuhkan embun jernih warnanya
Menimpa bumi beruap dan lembut
Sebagai benda tiada berguna
Jauh di sana diliputi awan
Terdengar olehku bunyi nan rawan
Seperti permata di dada perawan
Alangkah berahi rasanya jantung
Mendengarkan bunyi suara kelintung
Melagukan gembala membawa untung
(Muh. Yamin)
Berdasarkan Ungkapan
1. Puisi
Naratif
Puisi yang
mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Ada puisi naratif yang
sederhana, ada yang sugestif, dan ada yang kompleks. Yang termasuk puisi-puisi
naratif, misalnya: epik, romansa, balada, dan syair.
2. Puisi
Lirik
Puisi yang
mengungkapkan gagasan pribadi penyair (biasanya disebut juga aku lirik).
Dalam puisi lirik, penyair tidak bercerita. Jenis puisi lirik, misalnya:
elegi, ode, dan serenade (sajak percintaan yang bisa dinyanyikan).
3. Puisi
Deskriptif
Penyair
bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan / peristiwa, benda, atau
suasana dipandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi yang dapat
diklasifikasikan dalam puisi deskriptif, misalnya puisi satire, kritik sosial
(yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, dengan
cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya), dan puisi-puisi
impresionitik (yang mengungkapkan kesan penyair terhadap suatu hal).
4. Puisi
Fisikal
Puisi yang
bersifat realistis, artinya menggambarkan kenyataan apa adanya. Yang dilukiskan
adalah kenyataan dan bukan gagasan. Hal-hal yang didengar, dilihat, atau
dirasakan merupakan obyek ciptaannya. Puisi-puisi naratif, balada,
impresionistis, juga puisi dramatis biasanya merupakan puisi fisikal.
5. Puisi
Platonik
Puisi yang
sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan. Puisi-puisi
ide atau cita-cita, religius, ungkapan cinta pada seorang kekasih, anak pada
orang tuanya dan sebaliknya, dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi puisi
platonik.
6. Puisi
Metafisikal
Puisi yang
bersifat filosofis, mengajak pembaca untuk merenungkan kehidupan dan
merenungkan Tuhan. Puisi religius dapat disebut sebagai puisi platonik (karena
menggambarkan ide atau gagasan penyair), atau bisa juga digolongkan sebagai
puisi metafisik (karena mengajak pembaca merenungkan kehidupan dan Tuhan),
Karya Jalaludin Rumi dapat diklasifikasikan sebagai puisi metafisikal.
Puisi berdasarkan Isi
- Puisi Balada adalah puisi yang mengungkapkan sesuatu dan berakhir kesedihan.
- Puisi Didaktif adalah Puisi yang mempunyai nila-nilai pendidikan dan pengajaran.
- Puisi Satirik adalah Puisi yang mengandung sindiran/kritikan atas ketidak beresan suatu kelompok.
- Puisi Romance adalah Puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap kekasihnya.
- Puisi Elegi adalah Puisi yang berisi ratapan yang mengungkapkan rasa sedih seseorang pengungkapan nasib.
- Puisi Ode adalah Puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun sikap kepahlawanan.
- Puisi Tlimne adalah Puisi yang berisi pujian terhadap Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa ataupun tanah air.
Daftar Pustaka
Bahtiar, Ahmad, dkk. , 2017, Kajian Puisi, Jakarta, Pustaka Mandiri.
Komentar
Posting Komentar